A. Pendahuluan
Geologi
adalah faktor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk dan biaya terowongan,
pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak pastian yang tinggi jika
data kondisi batuan atau tanah disekitar terowongan tidak lengkap.
Sebelum
pelaksanaan terowongan, pada umumnya akan dilakukan penyelidikan geologi teknik
menggunakan metode pemboran, insitu testing, adits maupun pilot tunnel. Adits
untuk ekplorasi umumnya tidak dilakukan kecuali suatu bagian terowonga n
dianggap berbahaya. Pada pemboran inti, core sampel harus selalu disimpan untuk
membantu jika ditemui masalah geoteknik saat pelaksanaan.
Pilot
tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan dan harus
digunakan bila terowongan berukuran besar akan dilaksanakan pada jalur yang
mempunyai kondisi geologi yang kritis. Degan membuat pilot tunnel maka berbagai
masalah yang akan ditemui pada pelaksanaan penggalian pada skala yang lebih
besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
Syarat
utama untuk konstruksi suatu terowongan adalah :
1. Dapat dilaksanakan dengan aman.
2. Pelaksanaan tidak mengakibatkan
kerusakan yang tidak dikehendaki pada bangunan penting lainnya.
3. Konstruksi terowongan harus minim
pemeliharaan.
4. Dalam jangka panjang harus dapat
menahan segala gaya yang bekerja , terutama tekanan tanah dan air tanah.
B. Kondisi
Batuan
1. Terowongan pada Massa Batuan
Batuan
kompeten adalah batuan intact yang keras sehingga tidak memerlukan supporting
namun kekerasannya harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaannya. Sedangkan
batuan tidak kompeten memiliki sifat diskontinu berupa adanya joint, fault,
zona fracture, sesar/ kekar, bidang foliasi, dll. Batuan ini dapat bervariasi,
mulai batuan lunak hingga keras tergantung jenis mineral dan derajat
pelapukannya.
2. Klasifikasi Massa Batuan
Berbeda
dengan tanah dimana sifat- sifat lapisan tanah dapat dicerminkan oleh sampel
tanah yang diuji di laboratorium. Pada batuan sifat batuan intact yang
diperoleh dari pemeriksaan laboratorium ini tidak bisa mencerminkan sifat masa
batuan yang ada karena keberadaan joint. Maka umumnya kemudian digunakan
klasifikasi geomekanikatau Rock Mass Rating yang menggunakan enam parameter
yang diperoleh dari pengukuran dilapangan dan laboratorium meliputi:
·
Kekuatan
tekanan uniaksial dari batuan utuh (uniaxial compressive streght of intact rock
material).
·
Rock
Quality Designation (RQD).
·
Jarak
Diskontinuitas.
·
Kondisi
Diskontinuitas.
·
Keadaan air tanah.
·
Arah
dari Diskontinuitas.
C. Masalah pada Pelaksanaan Terowongan
pada Batuan
Jalur Terowongan yang melewatri Zona Patahan atau sesar
aktif dapat membahayakan apabila elevasi terowongan dibawah muka air. Arah
sesar terhadap sumbu terowongan harus dipertimbangkan dengan seksama.
Untuk
menentukan efek joint pada konstruksi terowongan, Bieniawski (1974)
mengelompokan massa batuan menjadi lima kelompok untuk mengetahui metode yang
cocok digunakan untuk pelaksanaan. Material batuan dengan banyak joint dapat
digali dengan menggunakan ripper.
Bidang
permukaan joint yang lebar sering dijumpai dalam pelaksanaan terowongan. Jika
arahnya sejajar atau hampir sejajar dengan as terowongan maka dapat menimbulkan
masalah besar dalam pelaksanaannya.
Jangka
waktu dimana masa batuan masih dalam kondisi stabil tanpa perlu sokongan
disebut dengan Stand-Up Time atau bridging capacity. Stand-up time ini
tergantung dari lebar bukaan, kekuatan batuan dan pola diskotinuitas. Bila
Stand-up time rendah berarti segera setelah dilakukan pembukaan/ penggalian
harus segera dilakukan proteksi atau supporting terhadap massa batuan yang ada.
Penciutan
pada lubang terowongan yang digali dapat terjadi sebagai akibat perubahan
kondisi tegangan, munculnya tegangan geser sesar dan adanya lapisan lempung
ekspansif.
Masalah
serius yang terjadi pada saat penggalian terowongan adalah adanya aliran air
yang bersifat tiba- tiba dalam jumlah besar. Kondisi air tanah adalah factor
penyebab utamanya. Untuk terowongan yang berada dibawah sungai atau laut, maka
bocoran harus sama sekali dihindarkan, karena jumlah air yang dapat memasuki
lubang terowongan akan sulit terkontrol. Pada terowongan sipil yang biasanya
dangkal maka temperature tidak terlalu berpengaruh pada pelaksanaannya namun
demikian biasanya hal tersebut dapat diantisipasi sepenuhnya dengan membuat
sebuah ventilating system yang baik, hal ini juga sangat berguna untuk
mengantisipasi adanya gas- gas berbahaya yang timbul dari massa batuan yang
ada.
Getaran
gempa adalah factor penting yang harus diperhitungkan dalam perencanaan lining
dan supporting system. Pengaruh gempa biasanya relative lebih kecil
dibandingkan pada struktur yang terdapat diatas permukaan tanah.
D. Metode Pelaksanaan Terowongan pada
Batuan
Metode
galian secara manual dilakukan bila kondisi batuan relative lunak, proteksi
dilakukan secara konvensional dengan memasang penyokong disekeliling
terowongan.
Metode
galian dengan peledakan diawali dengan pemboran untuk penempatan bahan peledak.
Peledakan dapat dilakuakn secara full face atau secara bertahap sesuai kondisi
batuan dan peralatan yang tersedia. Metode blasting ini disamping cepat namun
berdampak negatif karena dapat merusak struktur batuan disekelilingnya,
sehingga perlu dilakukan sokongan yang lebih baik. Jenis- jenis supporting
system yang bisa digunakan adalah dengan pemasangan steel rib, rock bolt,
shotcrete dan wire mesh. Penyokong ini harus terpasang sebelum lining yang
permanen dilaksanakan.
Metode
terkini dalam penggalian terowongan pada kondisi batuan adalah dengan
menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM), namun sistim ini menjadi terlalu mahal
untuk sebuah terowongan yang pendek
No comments:
Post a Comment