Tuesday 26 November 2013

Bahan Bangunan

Bahan bangunan merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek, oleh karena itu pembelian dan pengiriman bahan bangunan ke lokasi proyek harus lancar. Hal ini untuk menghindari keterlambatan pekerjaan dan terganggunya  rencana kerja harian.

Klasifikasi Bahan Bangunan

Berdasarkan jenis-jenisnya, bahan bangunan dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1.      Bahan bangunan kayu, misalnya: bekisting, papan, kaso, kusen.
2.      Bahan bangunan batu, misalnya: pasir, kerikil, semen, bata merah, batu pecah.
3.      Bahan bangunan baja, misalnya: baja tulangan, kawat pengikat tulang.
4.      Bahan bangunan pelengkap, misalnya: tegel, pipa instalasi listrik, pipa paralon dan pipa besi.

Penyediaan Bahan Bangunan

Bahan bangunan disediakan secukupnya agar tidak menghambat jalannya pembangunan dan tidak juga berlebihan karena membutuhkan tempat penyimpanan yang luas. Bahan yang terlalu lama disimpan akan mengalami kerusakan, terutama semen portland. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi dan kerja sama yang baik untuk meenyediakan bahan bangunan yang sesuai dengan kebutuhan.

Sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan perlu dikontrol dahulu penyediaan bahan-bahan bangunan yang diperlukan.

Penyimpanan Bahan Bangunan

Untuk menjaga efisiensi waktu dan tenaga kerja, penyimpanan bahan bangunan di lapangan harus sedekat mungkin dengan tempat pekerjaan yang dilakukan, misalnya:
Ø  Semen portland harus disimpan dekat dengan tempat pengecoran atau beton molen.
Ø  Baja tulangan harus disimpan dekat dengan tempat pekerjaan baja.
Ø  Papan bekisting harus disimpan dekat dengan tempat pengerjaan kayu.
Berdasarkan cara penyimpanan di lapangan, bahan bangunan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Ø  Material yang disimpan di luar (di alam terbuka yang tak terlindung dari pengaruh hujan, panas matahari, kelembaban udara dan angin) seperti pasir, batu pecah, bata merah, bekisting, dan lain sebagainya.
Ø  Material yang terlindung di bawah atap (yang tidak terkena air hujan, panas matahari dan terlindung dari bahaya pencurian)  seperti paku,  kawat pengikat, tripleks, baja tulangan, pipa-pipa, semen portland dan lain-lain.
Tempat penyimpanan semen portland harus cukup kokoh dan kedap air. Semen-semen yang masih utuh di dalam kantong tidak boleh ditumpuk lebih dari 2 m karena semen yang bawah akan mendapat tekanan yang lebih besar, sehingga mengakibatkan terjadinya gumpalan semen atau pecahannya kantong semen. Selain itu tumpukan kantong semen harus diletakan lebih dari 50 cm dari dinding gudang dan minimal 30 cm dari lantai.

Pekerjaan Persiapan Suatu Proyek

Pada pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut meliputi:

Perencanaan Site Plane

            Yang termasuk dalam Perencanaan Site Plane adalah:
1.      Kantor Proyek
Kantor proyek dibangun sebagai tempat bekerja pagi para staf baik staf dari Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapanga, yang dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan toilet. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah sementara. Oleh karena itu, desain kantor tersebut juga dibuat tidak permanen.
2.      Gudang Material dan Peralatan
Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca, seperti semen dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup.  Untuk itu diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sementara itu, gudang peralatan berfungsi untuk tempat penyimpanan alat-alat ringan seperti vibrator untuk pemadatan beton, alat-alat pengukur (theodolit), alat-alat ukur pekerjaan finishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta berbagai komponen peralatan lainnya.
3.      Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek adalah suatu pekerjaan pemberian batas terhadap lahan yang akan dibangun. Bahan yang digunakan bisa berupa seng yang ditempel pada batang besi yang berfungsi sebagai penguat.

Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

1.      Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk meleksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek. Sumber daya listrik biasanya deperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri, tergantungpenggunaanya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi penerangan, AC, Peralatan Kerja, Peralatan Kantor, dan lain-lain.
2.      Kebutuhan Air Kerja
Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM (Perusahan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kenutuhan seperti tolilet, pencucian kenderaan proyek, dan  keperluan lain yang membutuhkan air.

Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)

Shop Drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja.

Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan

Metode pelaksanaan untuk pengadaan materila tidak ada yang khusus. Untuk pekerjaan persiapan, belum banyak memerlukan material. Material yang dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan Kantor Proyek, Gudang, Pagar, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara lainnya.

Mobilisasi Demobilisasi

Mobilisasi pekerjaan dan persiapan diperlukan untuk membawa personil, peralatan, pemasokan, dan suplemen lain ke lokasi proyek. Demobilisasi adalah mengeluarkan alat-alat dan suplemen lain saat proyek telah selesai.

Pengukuran Awal

Sebelum melakukan pekerjaan pondasi dilakukan pengukuran titik-titik yang akan dijadikan pondasi dengan alat ukur Theodolite. Pengukuran dimaksudkan untuk mencari ketepatan letak dan elevasi muka tanah. Selain itu pekerjaan lanjutan seperti Pelat Lantai, Kolom dan Balok juga memerlukan pengukuran seperti ini.
Secara umum pengukuran bertujuan untuk menjamin:
·   Elemen struktur yang akan dibangun terletak sesuai dengan lokasi yang digambarkan pada gambar rencana.
·        Pelat lantai dan balok terletak pada elevasi yang benar dan datar horizontal.

·       Kolom berdiri dengan vertical sempurna, dan kolom pada satu lantai benar-benar terletak pada satu garis lurus dengan kolom pada lantai lain.

Pengawasan dan Pengendalian Mutu Suatu Proyek

Dalam pelaksanaan mutu material dan mutu pelaksanaan kontraktor harus:
·         Menggunakan merk dan spesifikasi sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
·         Melaksanakan test mutu
·         Melampirkan laporan test.
Test yang dilakukan antara lain:
A.    Slump Test
Sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran, beton yang akan digunakan di uji terlebih dahulu. Slump Test bertujuan untuk mengetahui kekentalan beton. Pada proyek ini uji Slump harus memiliki hasil 14±2. Tetapi jika hasil dari uji Slump ternyata dibawah yang ditentukan maka beton tersebut akan diberikan zat admixture yang bernama Superplasticizer. Jenis admixture ini bertipe F yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih.
Berikut adalah tahap proses Slump Test:
1.      Ambil sampel beton lalu masukan kedalam kerucut Abrams setinggi ±10 cm atau ±1/3 dari tinggi kerucut.
2.    Lalu ditumbuk dengan batang besi sepanjang 60 cm sebanyak ±25 kali. Ulangi tahap 1 dan 2 untuk lapisan ke 2 dan ke 3. Kemudian ratakan.
3.     Kemudian angkat kerucut Abrams secara perlahan-lahan, biarkan adukan beton menurun dengan sendirinya.
4.      Setelah itu letakan kerucut disamping benda uji, lalu ukur menggunakan meteran penurunan yang terjadi dengan pembacaan perbedaan tinggi kerucut dengan tinggi rata-rata keruntuhan adukan beton. Tinggi Slump yang diijinkan sesuai spesifikasi pada proyek ini adalah 14 cm dengan koreksi ±2 cm.
B.     Pembuatan Sampel Uji Kuat Tekan Beton
            Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan dari suatu campuran beton Benda uji yang dibuat               pada proyek ini berbentuk silinder berukuran 15×30 cm. Dibuat 3 sampel dari setiap Truck Mixer.
            Langkah-langkah pembuatan sampel adalah sebagai berikut:
1.      Letakan cetakan silinder di permukaan yang rata.
2.   Isi cetakan dengan adukan beton sebanyak 3 lapis. Setiap lapis dipadatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali.
3.      Biarkan beton mengering selama 24 jam.
4.      Setelah kering buka cetakan dan masukan sampel kedalam bak air.
5.      Pengujian beton dilakukan saat umur beton mencapai 7, 14 dan 28 hari.
C.    Pemeriksaan Tulangan

           Pemeriksaan tulang dilakukan pada saat tulangan tiba di lokasi proyek. Pmeriksaan tulangan                     meliputi jumlah tulangan, diameter tulangan, dan test tekuk dan tarik.

Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Suatu Proyek

Dalam pengawasan dan pengendalian pelaksanaan di lapangan, kontraktor harus:
1.      Mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama seperti:
      - Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
      - Spesifikasi Teknis
      - Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
2.      Mematuhi semua peraturan yang berlaku.
3.     Mengajukan shop drawing dan gambar detail kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui terlebih dahulu sebelum pekerjaan dimulai.
4.   Bertanggung jawab terhadap keamanan bahan material yang akan dan telah terpasang sebelum serah terima dilaksanakan.
5.  Mengajukan surat ijin pelaksanaan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk semua item pekerjaaan yang akan dimulai disertai dengan dokumen shop drawing yang telah diperiksa dan disetujui.
6.      Melakukan pengujian terhadap pekerjaan yang telah terpasang.
7.      Menjalankan K3L di proyek, yaitu:
      - Menggunakan perlengkapan pelindung tubuh (helm, rompi, sepatu boot)
      - Sarana pertolongan pertama pada kecelakaan
      - Kebersihan dan kerapihan
      - Pencegahan bahaya kebakaran
      - Memasang rambu-rambu peringatan
      - Lampu penerangan yang memadai

8.      Membuat laporan yang berisi bobot progress kemajuan pekerjaan, foto dokumentasi dan catatan cuaca.