Terowongan adalah
lubang bukaan yang dipersiapkan untuk kelancaran produksi tambang bawah tanah.
Fungsi terowongan:
1.
Sebagai jalan masuk dan keluar bagi karyawan dan jalan angkut.
2.
Mengangkut material trava system telekomunikasi, pipa air dan pipa lumpur
3.
Lubang khusus ventilasi
4.
Untuk penirisan sumur dan open channel
5.
Untuk keselamatan kerja (penyelamatan jika terjadi kecelakaan)
Bentuk-bentuk
terowongan:
1.
Bentuk lingkaran
2.
Bentuk segi empat
3.
Bentuk Travesium
4.
Bentuk Tapal kuda
5.
Bentuk Poligon
Dalam
bentuk terowongan dilihat dari :
1.
Sifat fisik dari material itu sendiri
2.
Struktur yang terjadi didaerah tersebut
3.
Posisi
Perbedaan
terowongan tambang dengan terowongan sipil :
1. Dari
sifatnya, pada tambang sifatnya temporer sedang sipiL
2. Dari penggunaan pada tambang untuk sarana
penambangan, sedang sipil untuk sarana umum
3. Lokasi
untuk tambang dibuat dimana terdapat cadangan bijih, untuk sipil dipilih batuan
baik.
4. Kondisi
batuan, untuk tambang kondisi dapat diketahui secara baik karena aktivitas
bertahun-tahun, untuk sipil memerlukan eksplorasi secara rinci
5. Kondisi,
untuk tambang berubah-ubah karena sifatnya dinamis, untuk sipil karena sifatnya
statis maka kondisinya tetap.
Secara
filosofis
1. Tujuan
dasar setiap rancangan untuk penggalian dibawah tanah harus menggunakan massa
batuan itu sendiri sebagai massa utamanya.
2. Selama
penggalian harus menghasilkan gangguan kemantapan yang sekecil mungkin dan
sedikit mungkin menggunakan beton dan penyangga
3. Dalam
keadaan asli dan buatan mengalami tegangan tekan dimana batuan keras itu lebih
kuat daripada beton.
Geometri
terowongan.
1. Ukuran
kecil
2. Menengah
3000 meter
3. Besar
diameter > 6 meter
Metode
penggalian lubang bukaan
1. Metode
penggalian bebas dilakukan dengan cara sederhana dengan menggunakan alat yang
sederhana seperti ganco, linggis, dan sekop.
2. Metode
mekanis sudah lebih canggih dengan menggunakan tunnel boring machine,
koadheader, drum seader.
3. Metode
pemboran dan peledakan. Pemilihan metode ini juga memperhatikan karakteristik
dari batuan itu sendiri.
Siklus
penggalian suatu lubang bukaan.
1. Penggalian
2. Pembersihan
asap ledakan jika menggunakan peledakan.
3. Pembersihan
atap
4. Pengumpulan
dan pembuatan material hasil penggalian.
5. Pengangkutan
material
6. Penyanggaan
baik permanen atau sementara
Distribusi
tegangan disekitar terowongan terbagi atas beberapa bagian
1. Distribusi
tegangan sebelum dibuat terowongan terbagi atas 3 yaitu :
·
Tegangan grafitasi yaitu tegangan yang
terjadi karena berat dari tanah/ batuan yang berada diatasnya.
·
Tegangan tektonik, terjadi akibat
geseran-geseran pada kulit bumi yang trjadi pada waktu lampau maupun saat ini.
·
Tegangan sisa adalah tegangan yang masih
tersisa walaupun penyebab tegangan tersebut sudah hilang yang berupa panas
ataupun pembengkakan pada kulit bumi.
Secara teoritis tegangan mula-mula
dirumuskan dengan :
λo
= λ.H
KET
: λ = Density (ton/m2 )
H = Kedalaman/ tinggi (m)
λo = Tegangan mula-mula (ton/m2
)
2. Distribusi
tegangan disekitar pada terowongan untuk keadaan paling deal
·
Geometri dari terowongan adalah yang
diperhatikan terowongan adalah sebuah lingkaran dengan jari-jari r. terowongan
berada pd bidang horizontal, terowongan terletak pada kedalaman H > r,
dengan syarat reaksinya H>20 r, terowongan sangat panjang sehingga dapat
digunakan hipotesa tegangan bidang (plain strain).
·
Keadaan batuan adalah kontinu, homogeny
dan isotrop.
·
Kesdaan tegangan mula-mula atau inisial
stress hidroblastik atau diasumsikan ^o = 0
λo
= = λo = λ . H
λθ
= λo + λo . R2 / r2
yang
bekerja tegangan radial dan tegangan tangensial
3. Distribusi
tegangan terowongan mula-mula tegangan hidrostatik, dimana tegangan vertical ≠
0 dan tegangan horizontal = 0, dimana tegangan horizontal = k tegangan vertical
Λh
= k. λv dimana λv = ^. H
KET.
K = – R2 x tegangan mula-mula λo
R= Dinotasikan dengan jari-jari linkaran
r = jarak antar permukaan.
1. Distribusi
tegangan disekitar terowongan untuk batuan yang tidak isotrop. Dalam hal
elastic ortotrop dimana ada dua modus yang tegak lurus untuk system
pembongkaran yang aksial. Distribusi tidak dipengaruhi hanya
devormasinya, jadi distribusi tegangan yang didapat dari perhitungan sebelumnya
tetap diberlakukan. Contoh batuan yang tidak isotrop yaitu batuan yang berlapis
seperti sekis yang berfungsi bagaimana perkuatan batuan dan arah perlapisan.
5. Distribusi
tegangan disekitar terowongan untuk batuan yang mempunyai perilaku plastic
sempurna. Dicirikan dari akibat tegangan yang diserap oleh devormasi plastic
pada daerah lingkaran yang dibatasi oleh daerah elastic dari lingkaran yang
berjari-jari R dimana jari-jari ini dapat dihitung dengan
RI
= R ( 2/ 1+ λ . λo (λ-1 + λoX/ λc) (1/λ-1)
R
= Jari-jari lubang bukaan
λ
= 1 + sin q/ 1 – sin q (q = sudut geser dalam)
λc
= tegangan sekitar yang diperkirakan ada jari-jari ini dapat tak terhingga
untuk batuan yang tidak (anu hehehehe) jadi kestabilan tidak akan dicapai untuk
dipakai penyangga, rumus diatas dapat dipermudah jika sudut geser dalam yang
diambil 19.5o sehingga λ = 2 hingga R1
= 2 R/3 (λo/ λc H)
6. Distribusi
tegangan disekitar terowongan yang dibentuk tidak bulat untuk keadaan yang
paling ideal ini berdasrkan tegangan garis-garis terowongan dengan berbagai
bentuk penampang dan berbagai tegangan mula-mula untuk keadaan paling ideal.
Ritasinya λH = tegangan horizontal, λv = tegangan verikal sebelum
penggalian terowongan, λ Q = tegangan tangensial untuk tiap garis terowongan. Lingkaran
mor untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada dinding.
No comments:
Post a Comment