Sunday 15 November 2015

Contoh Perencanaan Lapangan Terbang









Table 1: Klasifikasi Airport, Disain GroupPesawat dan Jenis Pesawat


Angka yang dilingkari ( 2130, 2745, 2499, 2256) adalah ARLF rencana yang dipilih berdasarkan spesifikasi pesawat sriwijaya.

   
Table 2 : Aerodrom Reference Code



Berdasarkan tabel Aerodrom Reference Code maka diperoleh kode dari tiap-tiap pesawat:

Jenis Pesawat
Kode
Boeing 737-300
4C
Boeing  737-400
4C
Boeing  737-500
4C
Boeing 737-700
4D
Boeing  737-800
4D
Embraer 175
4C
Embraer 195
4C



Table 3 :  Aerodrome Reference Code (ARC)

Berdasarkan tabel Aerodrom Reference Code maka diperoleh kode dari tiap-tiap pesawat:

Jenis Pesawat
Kode
Boeing 737-300
4C
Boeing  737-400
4C
Boeing  737-500
4C
Boeing 737-700
4D
Boeing  737-800
4D
Embraer 175
4C
Embraer 195
4C



Table 4 : Lebar Runway


Dari tabel Lebar Runway di atas maka diperoleh lebar runway adalah 45 m.


Table 5 : Kemiringan Memanjang (Longitudinal) Landasan



Kode angka untuk pesawat sriwijaya ialah 4 maka kemiringan memanjang landasan adalah sebagai berikut:
Max. Effective Slope                    : 1.0
Max. Longitudinal Slope               : 1.25
Max. Longitudinal Slope Change  : 1.5
Slope Change per 30 m                 : 0.1



Table 6 : Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan.



Kode angka untuk pesawat sriwijaya ialah 4 maka panjang, lebar, kemiringan dan perataan strip landasan adalah sebagai berikut:
Jarak min dari ujung landasan atau stopway                     : 60      m
Lebar strip landasan untuk landasan intrumen                  : 300    m
Lebar strip landasan untuk landasan non intrumen                       : 150    m
Lebar area yang diratakan untuk landasan intrumen         : 150    m
Kemiringan memanjang maks untuk area yang diratakan : 1.5     %
Kemiringan transverasal maks dari areal yang diratakan   : 2.5     %





Lebar runway : 45 m
Panjang runway : 4061,37 m = 4,1 kg

Data penduduk untuk daerah rencana (Timika, Papua) tahun 2013
Jumlah Penduduk       : 305.000 orang
Jumlah Wisatawan      : 6.178 per tahun
PDRB                         : Rp. 295,05 juta per tahun



Sumber :

Postingan ini saya ambl dari tugas kuliah kampus

Langkah – Langkah Pelaksanaan Sheet Pile


1. Pengaturan posisi sheetpile




Memasang papan penunjuk untuk memposisikan letak pemasangan sheetpile.



2. Petunjuk pemasangan awal pada sheetpile




Pada pemancangan sheetpile yang pertama Sampai tersisa 1 m dari muka tanah rencana.



3. Pemancangan tiang kedua




Pemancangan sheetpile kedua mencapai muka level rencana dan terkunci dengan sheetpile pertama.

Posisi pemancangan antara sheetpile yang terkunci :





4. Proses pengulangan pemancangan




Dilakukan pengulangan pemancangan seperti langkah 2 dan 3 sepanjang garis referensi pemancangan sheetpile.



5. Pemancangan tahap akhir





Menyamakan level permukaan sheetpile yang dipancang pada tahap 1



Sumber :
Fondasi Tiang Turap by Muhammad Firdaus

SHEET PILE ( DINDING TURAP ) LANJUTAN

Postingan saya terlebih dahulu sampai pada tipe-tipe sheet pile.Melanjutkan postingan tersebut maka saya akan  memostingan tentang tipe-tipe sheet pile wall.



A.   Tipe – Tipe Sheet Pile Wall


Terdapat 4 tipe sheet pile yaitu :

1.    Sheet Pile Wall Kantilever                 

Ø  Sheet pile wall kantilever merupakan sheet pile wall yang dalam menahan beban lateral mengandalkan tanahan tanah didepan dinding.
Ø  Defleksi lateral yang terjadi relative besar.
Ø  Hanya cocok untuk menahan tanah dengan kedalaman sedang.





2. Sheet Pile Wall Diangker

Ø  Cocok untuk menahan galian yang dalam, teatapi masih bergantung pada kondisi tanah.

Ø  Menahan beban lateral dengan mengandalkan tahanan tanah pada bagian sheet pile yang terpancang dalam tanah dengan dibantu oleh angker yang dipasang pada bagian atasnya.




3. Sheet Pile Wall Dengan Landasan

Ø  Dalam menahan tekanan tanah lateral dibantu oleh tiang-tiang yang dibuat landasan untuk meletakkan bangunan tertentu.





4. Sheet Pile Wall Bendungan Elek Selular

Ø  Merupakan sheet pile yang berbentuk sel-sel yang diisi dengan pasir.
Ø  Dinding ini menahan tekanan tanah dengan mengandalkan beratnya sendiri.






B.   Gaya – Gaya Lateral Pada Sheet Pile

Pada sebuah konstruksi sheet pile, gaya-gaya yang bekerja dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

Ø Gaya lateral akibat tekanan tanah

Analisis didasarkan pada anggapan bahwa dinding bergerak secara lateral dengan cara menggeser atau berotasi terhadap kaki dinding, dalam kondisi ini, tekanan tanah lateral memenuhi teori-teori Rankine atau Coulomb.


Ø Gaya lateral akibat tekanan air

Tekanan lateral pada turap mencapai maksimum bila muka air di depan turap pada kedudukan paling rendah. Muka air tanah di belakang dinding lebih tinggi dari muka air tanah di depan dinding akan menimbulkan tambahan tekanan pada dinding turap.




C.   Prosedur Umum Desain Sheet Pile


1.      Kumpulkan informasi umum
Ø  Survey topografi
Ø  Elevasi puncak sheet pile
Ø  Elevasi penggalian
Ø  Tinggi maksimum, rata-rata, dan minimum muka air
2.      Buat profil pelapisan tanah
Ø  Investigasi lapangan diharapkan bisa menggambarkan lapisan tanah dengan konsistensi lepas sampai keras atau bedrock
Ø  Kuat geser masing-masing lapisan tanah bisa ditentukan melalui uji SPT atau unconfined (USC)
Ø  Apabila penggalain sudah dilakukukan akan terjadi pengurangan tegangan efektif yang bisa menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah dibawah galian
3.      Pilih tipe sheet pile yang akan digunakan
4.      Hitung tekanan lateral tanah berikut tekanan lateral akibat beban luar
5.      Tentukan kedalaman pemancangan sheet pile
6.      Hitung momen maksumum dan pilih ukuran sheet pile yang memenuhi
7.      Hitung batang angker (bila dibutuhkan angker)

8.      Hitung panjang pengangkeran







Sumber :
Turap-RekPII-3
Analisis dan Perancangan Pondasi bagian II by Hary Christady Hardiyatmo 



Tuesday 3 November 2015

UJI BATAS-BATAS ATTERBERG (ASTM D4318)

PENDAHULUAN :

Batas susut (shrinkage limit) WS adalah batas kadar air dimana tanah dengan kadar air dibawah nilai tersebut tidak menyusut lagi (tidak berubah volume).

Batas plastis (plastic limit) WP adalah kadar air terendah dimana tanah mulai bersifat plastis. Dalam hal ini sifat plastis ditentukan berdasarkan kondisi dimana tanah yang digulung oleh telapak tangan diatas kaca mulai retak setelah mencapai 1/8 inch.

Batas cair (liquid limit) WL adalah kadar air tertentu dimana perilaku berubah dari kondisi plastis ke cair. Pada kadar air tersebut tanah mempunyai kuat geser terendah.

Indeks plastisitas (plasticity index)-Ip
Selisih antara batas cair dan batas plastis, daerah diantaranya disebut daerah keadaan plastis.
Ip=wl-wp

Indeks alir (flow index)-If
Perbandingan antara selisih kadar alir pada keadaan tertentu dengan selisih antara jumlah pukulan pada kadar air tersebut. Indeks alir menyatakan kemiringan kurva percobaan batas cair.
If=Δw/ΔlogN

Indeks kekakuan (toughness index)-It
Perbandingan antara indeks plastisitas dengan indeks alir.
It=IP/If

Indeks kecairan (liquidity index)-Ii
Perbandingan antara selisih kadar air asli dengan batas plastis terhadap indeks plastisitanya. Li ini penting dalam menunjukan keadaan tanah.
Ii=w-wp/Ip

Indeks konsistensi (consistency index)-Ic
Perbandingan antara selisih batas cair dengan kadar air aslinya tehadap indeks plastisitasnya.
                                                                              Ic=wl-w/Ip 

MAKSUD DAN TUJUAN :

Maksud dari uji batas-batas Atterberg adalah untuk menentukan angka-angka konsistensi atterberg yaitu :
-            Batas susut/shrinkage limit (WS).
-            Batas plastis/plastic limit (WP).
-            Batas cair/liquid limit (WL).
Tujuan uji ini untuk klasifikasi tanah butir halus.


PERALATAN :

Batas susut :
Alat yang digunakan :
·           Ring silinder.
·           Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.
·           Oven dan desikator.
·           Container kaca dan air raksa (Hg).
·           Pelat kaca dilengkapi 3 buah jarum dan cawan kaca.
·           Pisau.

Batas plastis :
Alat-alat yang digunakan :
·           Pelat kaca.
·           Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.
·           Container.
·           Mangkok porselin.
·           Stikmaat/jangka sorong.
·           Oven dan desikator.

Batas cair :
Alat-alat yang digunakan :
·           Pelat kaca dan pisau dempul.
·           Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.
·           Container sebanyak 5 buah.
·           Alat Casagrande dengan pisau pemotongnya.
·           Cawan porselin.
·           Oven dan desikator.
·           Aquades.
·           Spatula.



 PERSIAPAN UJI
Tanah yang akan diuji harus disaring dengan ayakan #40. Siapkan contoh tanah sebanyak 50 gr.


PROSEDUR UJI :

Batas Susut :
  1. Tanah yang dipergunakan dapat tanah yang terganggu.
  2. Ring silinder diisi dengan contoh tanah, ratakan kedua permukaannya, tinggi dan diameter ring terlebih dahulu diukur.
  3. Contoh tanah dimasukan kedalam oven pada temperatur 105-110°C selama 24 jam.
  4. Setelah dioven lalu dimasukan kedalam alat desikator selama 1 jam.
  5. Container kaca diisi dengan air raksa, permukaan dalam container diratakan dengan pelat kaca, hal ini disebabkan karena permukaan air raksa cembung.
  6. Timbang container dan pelat kacanya.
  7. Letakan container diatas cawan kaca, lalu contoh tanah ditekan perlahan-lahan kedalam Hg dalam container diratakan dengan pelat kaca.
  8. Timbangan berat cawan kaca + Hg yang tumpah.

Batas Plastis : 
  1. Masukan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas sampai lembut, ditambahkan aquades sedikit dan diaduk sampai homogen.
  2. Letakan contoh tanah adukan tanah itu diatas pelat kaca dan digulung-gulung dengan telapak tangan sampai diameternya kira-kira 1/8 inch (3 mm), akan dijumpai 3 keadaan :
    - Gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch tanah belum retak.
    - Gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belum mencapai 1/8 inch, gulungan tanah    sudah mulai retak.
    - Gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai retak sewaktu mencapai diameter 1/8     inch.
  3. Timbang container sebanyak 3 buah.
  4. Gulungan tanah yang berkadar air tepat itu dimasukan kedalam container, tiap container berisi 5 buah gulungan, dengan berat masing-masing minimum kurang lebih 5 gr. Ketiga container yang berisi gulungan tanah tersebut dimasukan kedalam oven 24 jam pada suhu 105-110ᴼC.
  5. Harga rata-rata kadar air dari percobaan diatas adalah batas plastisnya.

Batas Cair :
  1. Contoh tanah diambil secukupnya, ditaruh dalam dalam cawan porselin dan di tumbuk dengan penumbuk karet, diberi aquades dan diaduk sampai homogen.
  2. Pindahkan tanah tersebut kedalam pelat kaca dan diaduk sampai homogen dengan pisau dempul, bagian kasar dibuang.
  3. Ambil sebagian dari contoh tanah, dan dimasukan dalam alat casagrande, ratakan permukaan dengan pisau. Contoh tanah dalam mangkok casagrande dipotong dengan grooving tool dengan posisi tegak lurus, sehingga didapat jalur tengah.
  4. Alat casagrande diputar dengan kecepatan konstan 2 putaran/detik. Mangkok akan terangkat dan jatuh dengan ketinggian 10 mm (sudah disetel).
  5. Percobaan dihentikan jika bagian yang terpotong sudah merapat sepanjang 1.3 cm, dan dicatat banyaknya ketukan, biasanya harus berkisar antara 10-100 ketukan.
  6. Tanah pada bagian yang merapat diambil dan dimasukan dalam oven, di tempatkan dalam container yang telah ditimbang beratnya. Sebelum dimasukan kedalam oven, berat tanah + container ditimbang.
  7. Setelah dioven selama 24 jam pada temperatur 105-110ᴼC, baru dimasukan dalam desikator selama 1 jam untuk mencegah penyerapan uap air dari udara.
  8. Percobaan diatas dilakukan sebanyak 4 kali.
  9. Segera dilakukan penimbangan setelah keluar dari desikator.
  10. Setelah kadar air didapat, dibuat grafik antara hubungan kadar air dengan jumlah ketukan dalam kertas skala semi-log. Grafik ini secara teoritis merupakan garis lurus.
  11. Kadar air dimana jumlah ketukan 25 kali tersebut batas cair. Batas cair ini diulangi dengan tanh yang dimasukan kedalam oven, tanah tersebut ditambahkan dengan aquades secukupnya, prosedur selanjutnya sama dengan diatas, dan batas cair yang didapat disebut “WL oven”.

Berikut Contoh Hasil UJI BATAS-BATAS ATTERBERG yang pernah saya pelajari selama di kampus.






Berdasarkan grafik diatas, nilai liquid limit (LL) diambil berdasarkan kadar air pada ketukan  ke-25 yang besarnya 85,00 %




Sumber : Hasil belajar di kampus dan dari ASTM D4318.